Serang, KV - Pada tanggal 10 bulan ramadhan 1334 H, bersamaan dengan tanggal 10 Juli 1916 M, para Kyai mengadakan suatu musyawarah untuk membuka sebuah perguruan Islam dalam bentuk madrasah yang akan dimulai kegiatan belajar mengajarnya pada tanggal 10 Syawwal 1334 H/9 Agustus 1916 M. Sebagai Mudir atau direktur adalah KH. Mas Abdurrahman bin KH. Mas Jamal dan Presiden Bistirnya KH.E. Moh Yasin dari kampung Kaduhawuk, Menes, serta dibantu oleh sejumlah kyai dan tokoh masyarakat di sekitar Menes.
Selengkapnya para pendiri Mathla’ul Anwar 1. Kyai Tb. Soleh 2. Kyai H. Moh Yasin 3. Kyai Tegal 4. Kyai H. Mas Abdurrahman 5. H. Abdul Mu’ti 6. H. Soleman Cibinglu 7. H. Daud 8. H. Rusydi 9. Danawi 10. H. Mustagfiri
Adapun tujuan didirikannya Mathla’ul Anwar ini adalah agar ajaran Islam menjadi dasar kehidupan bagi individu dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka disepakati untuk menghumpun tenaga-tenaga pengajar agama Islam, mendirikan madrasah, memelihara pondok pesantren dan menyelenggarakan tablig ke berbagai penjuru tanah air yang pada saat itu masih dikuasai oleh pemerintah jajahan Belanda. Pemerintah kolonial telah membiarkan rakyat bumi putra hidup dalam kebodohan dan kemiskinan.
Rakernas Mathla’ul Anwar yang digelar selama 2 hari Jumat Sabtu (11/02/2022 ) – (12/02/2022) di Hotel Le Semar Kota Serang dihadiri dan diikuti oleh Ketua Umum PBMA KH.Embay Mulya Syarief, Wakil Gubernur Banten Dr.H. Andika Hazrumi, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Kesra H.M.Mardiono, Ketua Komisi VIII DPR RI H.Yandri Susanto, Direktur Pencegahan BNPT Brigjen.Pol.Ahmad Nurwahid, Direktur Indonesia Power, Keluarga Alm Dr.Ir.M. Hudori /Sekjen Kemendagri dan Pengurus Mathla’ul Anwar.
Yandri Susanto Ketua Komisi 8 DPR RI mengatakan "Rakernas ini saya sambut baik, mudah mudahan suatu harapan baru untuk merekat umat yang diterjemahkan dalam program kerja. Saya dikomisi 8 yang membidangi keagamaan siap bersama sama Mathla’ul Anwar khususnya dilingkungan masyarakat".
"Saya sangat mengapresiasi kepada keluarga besar almarhum pak hudori yang sangat luar biasa itu termasuk bagian dari komitmen dari nahtaul anwar dan semakin banyak yang berkontribusi ke nahtaul anwar,"ucapnya
H.Arsul Sani dalam paparannya di Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan mengatakan "Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa dikukuhkan atau terkukuhkan dalam konstitusi kita di pasal 29 ayat 1 Bahwa Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa bermakna waktu saya belajar hukum islam di Fakultas Hukum Universitas Indonesia maknanya pertama di Negara ini tidak boleh ada kebijakan atau produk hukum yang bertentangan dengan hukum agama, Kedua kalau ada hukum agama artinya kewajiban beragama yang pelaksanaannya memerlukan bantuan negara maka Negara itu wajib bantu, maka wujudnya kenapa adanya Kementrian Agama." tutupnya.
(Edi/Redaksi)
